Sekolah Marsudirini Perawang,
Sekolah Impianku
Hai teman-teman semuanya,selamat berkunjung di blogger saya.Di blogger saya ini,saya akan menceritakan tentang Sekolah Marsudirini Perawang,yaitu sekolahku.Jika kalian bingung untuk sekolah dimana,kalian lebih baik masuk ke sekolahku aja ya.
Jika kalian ingin tahu lebih lanjut tentang sekolah Marsudirini Perawang yang menjadi sekolah impianku,mari kita lihat isi dari sekolah impian kita ini.
ISI DARI SEKOLAH MARSUDIRINI PERAWANG :
1. Profile SDS Marsudirini Perawang
Nama sekolah :
SDS. Marsudirini Santa Maria Perawang
Nomor statistic :
102091104019
Propinsi :
Pekanbaru Riau
Otonomi Daerah :
Kabupaten Siak Sri Indrapura
Kecamatan :
Tualang
Desa/Kelurahan :
Perawang Barat
Jalan dan Nomor :
Jl. S. Syarif Qasim Km.6 No: -
Kode Pos :
28772
Email :
marsudirinisch_prwg@yahoo.com
marsudiriniperawang@gmail.com
Blogs :
sdsmarsudiriniperawang.blogspot.com
Daerah :
Pedesaan
Status sekolah :
Swasta
Akreditasi :
TERAKREDITASI A TAHUN 2009
Surat Kelembagaan :
Nomor: 12/PP_GS/YM/VI/02
Tanggal: 10 Juni 2002
Penerbit SK : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Siak
Tahun Berdiri :
27 Juni 2002
KBM :
Pagi dan Siang
Bangunan Sekolah :
Milik Sendiri
Lokasi :
Jarak ke Pusat Kecamatan 2.5 KM
Jarak ke Pusat Kota 3 KM
Terletak pada Lintasan Desa
Jumlah Keanggotaan rayon :
8 (delapan)
Organisasi Penyelenggara :
Lembaga Swasta
Perjalanan / Perubahan :
Sangat Pesat
SDS. Marsudirini Santa Maria Perawang
Nomor statistic :
102091104019
Propinsi :
Pekanbaru Riau
Otonomi Daerah :
Kabupaten Siak Sri Indrapura
Kecamatan :
Tualang
Desa/Kelurahan :
Perawang Barat
Jalan dan Nomor :
Jl. S. Syarif Qasim Km.6 No: -
Kode Pos :
28772
Email :
marsudirinisch_prwg@yahoo.com
marsudiriniperawang@gmail.com
Blogs :
sdsmarsudiriniperawang.blogspot.com
Daerah :
Pedesaan
Status sekolah :
Swasta
Akreditasi :
TERAKREDITASI A TAHUN 2009
Surat Kelembagaan :
Nomor: 12/PP_GS/YM/VI/02
Tanggal: 10 Juni 2002
Penerbit SK : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Siak
Tahun Berdiri :
27 Juni 2002
KBM :
Pagi dan Siang
Bangunan Sekolah :
Milik Sendiri
Lokasi :
Jarak ke Pusat Kecamatan 2.5 KM
Jarak ke Pusat Kota 3 KM
Terletak pada Lintasan Desa
Jumlah Keanggotaan rayon :
8 (delapan)
Organisasi Penyelenggara :
Lembaga Swasta
Perjalanan / Perubahan :
Sangat Pesat
2. Logo dan arti dari Sekolah Marsudirini Perawang

ARTI MARSUDIRINI
Mar = Maria
Su = Suci
Di = Diyah
Ri = Rinumpaka
Ni = NiskalaArti seluruhnya:
Maria Perawan Suci berhiaskan kemurnian
Mar = Maria
Su = Suci
Di = Diyah
Ri = Rinumpaka
Ni = NiskalaArti seluruhnya:
Maria Perawan Suci berhiaskan kemurnian
2. Arti gambar dalam logo Sekolah Marsudirini Perawang
Burung = Roh Kudus
Bunga Lily = Kesucian
Buku = Ilmu Pengetahuan
Garis lengkung dalam berbentuk M = Maria
Garis luar yang tidak terputus = Kesatuan
Arti seluruhnya:
Marsudirini dalam perindungan Ibu Maria Suci Tak Bernoda, dengan bimbingan Roh Kudus mengamalakan pengetahuan untuk mencerdaskan bangsa dan menggalang persatuan.
Bunga Lily = Kesucian
Buku = Ilmu Pengetahuan
Garis lengkung dalam berbentuk M = Maria
Garis luar yang tidak terputus = Kesatuan
Arti seluruhnya:
Marsudirini dalam perindungan Ibu Maria Suci Tak Bernoda, dengan bimbingan Roh Kudus mengamalakan pengetahuan untuk mencerdaskan bangsa dan menggalang persatuan.
3. Visi dan misi dari Sekolah Marsudirini Perawang
Visi
Karya Pendidikan Marsudirini unggul dalam mengembangkan pribadi yang cerdas, beriman kepada Tuhan, mencintai sesama dan alam ciptaan-Nya
Misi
Mengembangkan pribadi yang utuh meliputi fisik, kecerdasan intelek, rohani, emosi, sosial dengan seimbang, ramah dan handal sehingga mampu menyumbangkan diri bagi kesejahteraan bersama
Karya Pendidikan Marsudirini unggul dalam mengembangkan pribadi yang cerdas, beriman kepada Tuhan, mencintai sesama dan alam ciptaan-Nya
Misi
Mengembangkan pribadi yang utuh meliputi fisik, kecerdasan intelek, rohani, emosi, sosial dengan seimbang, ramah dan handal sehingga mampu menyumbangkan diri bagi kesejahteraan bersama
4. Riwayat terbentuknya Sekolah Marsudirini Perawang
Sejarah
SEJARAH MARSUDIRINI
Pada Th. 1868 Seorang Pastor yang bertugas di Semarang , Pastor Jozef Lijnen pergi ke negeri Belanda untuk mencari Suster – suster supaya mengasuh gadis Indo – Eropa , terutama mereka yang tinggal di rumah Yatim Piatu yang dikepalainya
Mula mula Pastor Jozef Lijnen ditempatkan di Padang , pada th 1858 beliau dipindahkan ke Semarang
Ketika untuk pertama kali berkunjung ke Biara Induk OSF di Belanda dalam bulan Januari 1869 Sr . Aloysia pemimpin Biara sedang tidak ada di rumah , tetapi dapat bertemu dengan para suster yang lain . Beliau membangkitkan semangat para suster untuk pergi ke tanah Jawa . Tidak lama kemudian beliau dapat bertremu dengan Sr,. Aloysia yang tidak mudah dipikat . Kesulitan tentang jarak jauh dan tempat yang terpencil pada tahun 1870 dipandang lebih berat daripada zaman sekarang , di mana kita dapat menggunakan alat – alat transportasi dan komunikasi yang canggih . Sr. Aloysia takut untuk menyetujui permintaan itu .
Pastor Lijnen bebarapa kali datang untuk memohon , dan suatu saat Pastor ini berkata bahwa beliau akan pergi ke kapel untuk berdoa dan akan tinggal di sana sampai permohonannya dikabulkan .
Setelah Sr. Aloysia merundingkan masak – masak dengan para asistennya , akhirnya permohonan Pastor dkabulkan pada tanggal 25 Januari 1869 . Kemudian ditawarkan kepada para Suster siapa yang ingin dikirim untuk tanah misi Indonesia , sungguh mengagetkan ternyata yang menyatakan kesediaannya pergi ke tanah Misi di Pulau Jawa ada 200 suster
Pada Hari Raya St. Yusuf , 19 Maret diumumkan nama – nama yang terpilih untuk misi Jawa dalam pertemuan resmi . Ada 10 Suster . Tak dapat dibayangkan , betapa besar keberanian wanita – wanita tersebut . Mereka itu hampir semuanya orang Belanda . Mereka memiliki perasaan keagamaan kuat serta kegemaran akan berkelana . Mereka tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan tanah misi Jawa Indonesia tempat mereka akan berkarya . Mereka hanya tahu bahwa tempat itu jauh sekali dan tidak mungkin akan dapat kembali ke tanah air mereka . semuanya itu mereka korbankan . Setelah berbulan bulan persiapan tibalah hari keberangkatan itu .
Tgl. 3 September 1869 diadakan pesta perpisahan yang ramah , akrab dan enyenangkan . Tgl. 4 September Pastor Lijnen mempersembahkan Misa Agung meriah . Sesudah itu para suster mengantar mereka yang akan pergi . Do Roermond mereka menerima berkat dari Mgr . Paredis dan di Rotterdam menerima berkat Internutius ( wakil Paus ) Mgr . Bianchi
Kemudian kesepuluh Suster ditemani oleh tiga Pastor Jesuit dan empat orang Suster Ursulin menuju pelabuhan , di mana kapal layar besar “ Yacoba Cornelia “ telah menanti
Tgl. 16 September ada berita bahwa kapal Yacoba Cornelia menghadapi ombak dan badai di selat Calais . Namun atas penyelenggaraan Illahi mereka selamat
Pastor Lijnen mendahului para misionaris itu dengan naik kapal api lewat Mesir dan sampai di Semarang lebih dulu .
Pastor membantu pengadaan perlengkapan untuk para Suster dan untuk kepentingan karya yatim piatu
Lembaga ini sudah ada sejak th 1809 khusus untuk anak – anak Indo Eropa . Mereka berasal dari seluruh Hindia Belanda dan beragama : katolik , Kristen , Islam dll .
Pastor paroki berfungsi sebagai ketua Yayasan . Pimpinan harian dipegang oleh sepasang suami istri tetapi rupanya mereka tidak dapat memenuhi tuntutan pendidikan dan kesejahteraan anak – anak .
Tgl. 5 Februari 1870 para suster tiba di Semarang , mereka diterima oleh Mgr . Lijnen dan Pastor menyerahkan anak – anak yatim piatu kepada para Suster .
Mereka memberikan cinta tanpa pamrih , siap menyesuikan diri , mereka memanfaatkan kesempatan dan melanjutkan karya – karya yang membutuhkan kehadirannya .
Tak lama kemudian karya para Suster mulai dikenal dan dihargai , keluarga keluarga di kota minbta dengan sangat agar dibuka sekolah untuk anak perempuan , namun mereka harus kecewa karena para Suster belum menerima permohonan mereka dikarenakan jumlah para suster masih sedikit . Sr . Alphonsa mengirim surat kepada Sr. Aloysia agar mengirimkan Suster lagi . Sr. Aloysia menjanjikan akan mengirim empat Suster baru
Tgl 13 April 1871 keempat suster itu tiba di Jawa .
Tgl. 1 Agustus 1871 dimulailah dengan enam orang siswa .
Tgl 1 Mei 1873 berkembang menjadi 70 siswa . Taman Kanak – kanak juga tidak kekurangan murid , sampai – sampai harus membeli rumah yang berdekatan , untuk membangun ruang – ruang kelas
Perjuangan para Suster ini terhambat oleh pemerintah . Dalam th 1872 Kepala Kantor Wilayah Pendidikan memberi izin pendirian sekolah ini , namun izin itu ditarik kembali . Kendati mendapat perlawanan tetapi sekaligus penghargaan , kompleks rumah yatim piatu yang meliputi Biara dan sekolah – sekolah dapat berkembang pelan – pelan namun pasti . Karena itu lama – kelamaan kompleks Gedangan Semarang menjadi terkenal . Perkembangan selanjutnya yang menjadi misi adalah Larantuka , pulau Flores . Pengaruh kehadiran Suster di Flores makin bertambah besar . Th. 1893 berjangkit wabah kolera , banyak yang meninggal akibat wabah ini , termasuk salah satu suster ini . Para Suster berkarya di Larantuka sampai tgl. 25 April 1925 dan menyerahkan karya ini pada kongregasi lain . Karya selanjutnya adalah Ambarawa , daerah pegunungan yang berhawa dingin . Kompleks sekolah terus berkembang di berbagai daerah . Dan pada waktu itu belum berbentuk Yayasan . Karena perubahan peraturan dari Pemerintah maka Suster – suster bergabung dengan Yayasan Kanisius yang sudah lebih dulu ada . Pada th . 1954 terbentuklah Yayasan Marsudirini yang mandiri
Pada Th. 1868 Seorang Pastor yang bertugas di Semarang , Pastor Jozef Lijnen pergi ke negeri Belanda untuk mencari Suster – suster supaya mengasuh gadis Indo – Eropa , terutama mereka yang tinggal di rumah Yatim Piatu yang dikepalainya
Mula mula Pastor Jozef Lijnen ditempatkan di Padang , pada th 1858 beliau dipindahkan ke Semarang
Ketika untuk pertama kali berkunjung ke Biara Induk OSF di Belanda dalam bulan Januari 1869 Sr . Aloysia pemimpin Biara sedang tidak ada di rumah , tetapi dapat bertemu dengan para suster yang lain . Beliau membangkitkan semangat para suster untuk pergi ke tanah Jawa . Tidak lama kemudian beliau dapat bertremu dengan Sr,. Aloysia yang tidak mudah dipikat . Kesulitan tentang jarak jauh dan tempat yang terpencil pada tahun 1870 dipandang lebih berat daripada zaman sekarang , di mana kita dapat menggunakan alat – alat transportasi dan komunikasi yang canggih . Sr. Aloysia takut untuk menyetujui permintaan itu .
Pastor Lijnen bebarapa kali datang untuk memohon , dan suatu saat Pastor ini berkata bahwa beliau akan pergi ke kapel untuk berdoa dan akan tinggal di sana sampai permohonannya dikabulkan .
Setelah Sr. Aloysia merundingkan masak – masak dengan para asistennya , akhirnya permohonan Pastor dkabulkan pada tanggal 25 Januari 1869 . Kemudian ditawarkan kepada para Suster siapa yang ingin dikirim untuk tanah misi Indonesia , sungguh mengagetkan ternyata yang menyatakan kesediaannya pergi ke tanah Misi di Pulau Jawa ada 200 suster
Pada Hari Raya St. Yusuf , 19 Maret diumumkan nama – nama yang terpilih untuk misi Jawa dalam pertemuan resmi . Ada 10 Suster . Tak dapat dibayangkan , betapa besar keberanian wanita – wanita tersebut . Mereka itu hampir semuanya orang Belanda . Mereka memiliki perasaan keagamaan kuat serta kegemaran akan berkelana . Mereka tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan tanah misi Jawa Indonesia tempat mereka akan berkarya . Mereka hanya tahu bahwa tempat itu jauh sekali dan tidak mungkin akan dapat kembali ke tanah air mereka . semuanya itu mereka korbankan . Setelah berbulan bulan persiapan tibalah hari keberangkatan itu .
Tgl. 3 September 1869 diadakan pesta perpisahan yang ramah , akrab dan enyenangkan . Tgl. 4 September Pastor Lijnen mempersembahkan Misa Agung meriah . Sesudah itu para suster mengantar mereka yang akan pergi . Do Roermond mereka menerima berkat dari Mgr . Paredis dan di Rotterdam menerima berkat Internutius ( wakil Paus ) Mgr . Bianchi
Kemudian kesepuluh Suster ditemani oleh tiga Pastor Jesuit dan empat orang Suster Ursulin menuju pelabuhan , di mana kapal layar besar “ Yacoba Cornelia “ telah menanti
Tgl. 16 September ada berita bahwa kapal Yacoba Cornelia menghadapi ombak dan badai di selat Calais . Namun atas penyelenggaraan Illahi mereka selamat
Pastor Lijnen mendahului para misionaris itu dengan naik kapal api lewat Mesir dan sampai di Semarang lebih dulu .
Pastor membantu pengadaan perlengkapan untuk para Suster dan untuk kepentingan karya yatim piatu
Lembaga ini sudah ada sejak th 1809 khusus untuk anak – anak Indo Eropa . Mereka berasal dari seluruh Hindia Belanda dan beragama : katolik , Kristen , Islam dll .
Pastor paroki berfungsi sebagai ketua Yayasan . Pimpinan harian dipegang oleh sepasang suami istri tetapi rupanya mereka tidak dapat memenuhi tuntutan pendidikan dan kesejahteraan anak – anak .
Tgl. 5 Februari 1870 para suster tiba di Semarang , mereka diterima oleh Mgr . Lijnen dan Pastor menyerahkan anak – anak yatim piatu kepada para Suster .
Mereka memberikan cinta tanpa pamrih , siap menyesuikan diri , mereka memanfaatkan kesempatan dan melanjutkan karya – karya yang membutuhkan kehadirannya .
Tak lama kemudian karya para Suster mulai dikenal dan dihargai , keluarga keluarga di kota minbta dengan sangat agar dibuka sekolah untuk anak perempuan , namun mereka harus kecewa karena para Suster belum menerima permohonan mereka dikarenakan jumlah para suster masih sedikit . Sr . Alphonsa mengirim surat kepada Sr. Aloysia agar mengirimkan Suster lagi . Sr. Aloysia menjanjikan akan mengirim empat Suster baru
Tgl 13 April 1871 keempat suster itu tiba di Jawa .
Tgl. 1 Agustus 1871 dimulailah dengan enam orang siswa .
Tgl 1 Mei 1873 berkembang menjadi 70 siswa . Taman Kanak – kanak juga tidak kekurangan murid , sampai – sampai harus membeli rumah yang berdekatan , untuk membangun ruang – ruang kelas
Perjuangan para Suster ini terhambat oleh pemerintah . Dalam th 1872 Kepala Kantor Wilayah Pendidikan memberi izin pendirian sekolah ini , namun izin itu ditarik kembali . Kendati mendapat perlawanan tetapi sekaligus penghargaan , kompleks rumah yatim piatu yang meliputi Biara dan sekolah – sekolah dapat berkembang pelan – pelan namun pasti . Karena itu lama – kelamaan kompleks Gedangan Semarang menjadi terkenal . Perkembangan selanjutnya yang menjadi misi adalah Larantuka , pulau Flores . Pengaruh kehadiran Suster di Flores makin bertambah besar . Th. 1893 berjangkit wabah kolera , banyak yang meninggal akibat wabah ini , termasuk salah satu suster ini . Para Suster berkarya di Larantuka sampai tgl. 25 April 1925 dan menyerahkan karya ini pada kongregasi lain . Karya selanjutnya adalah Ambarawa , daerah pegunungan yang berhawa dingin . Kompleks sekolah terus berkembang di berbagai daerah . Dan pada waktu itu belum berbentuk Yayasan . Karena perubahan peraturan dari Pemerintah maka Suster – suster bergabung dengan Yayasan Kanisius yang sudah lebih dulu ada . Pada th . 1954 terbentuklah Yayasan Marsudirini yang mandiri
5. Nama guru dan karyawang SDS Marsudirini Perawang
6.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق